Sejarah Lokal
Indonesia adalah
negara yang bersejarah. Banyak sekali tragedi atau peristiwa yang terjadi di
negeri Indonesia. Mulai dari masa prasejarah, masa kerajaan, masa kolonial
hangga masa kemerdekaan mewarnai sejarah panjang negeri kita ini.
Sebagai warga Indonesia, sudah
sepantasnya bagi kita untuk mengenali sejarah- sejarah yang telah terjadi di
negeri kita ini. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat menjadikan sejarah itu
sebagai sebuah refleksi untuk melangkah ke depan menggapai cita-cita.
Istilah sejarah lokal di Indonesia
kerap digunakan pula sebagai sejarah daerah, sedangkan di Barat disamping
dikenal istilah local history juga community history, atau neighborhood
history, maupun nearby history.
Definisi Sejarah Lokal
- Kisah masa lampau dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada daerah geografis yang terbatas.
- Suatu peristiwa yang terjadi dalam lokasi yang kecil, baik pada desa dan kota tertentu.
- Studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkugan sekitar (neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
- Suatu cabang studi sejarah yang terutama menekankan pengkajian peristiwa sejarah dilingkungan suatu lokalitas tertentu.
- Sejarah yang terjadi dalam lokalitas yang merupakan bagian dari unit sejarah bangsa atau lebih tepat negara.
- Sejarah dari suatu “tempat” suatu “locality” yang batasannya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.
Ketika kita berbicara sejarah lokal
disini bukan sejarah lokal tradisi, semisal babad, hikayat, lontara, tambo,
ataupun lainnya. Melainkan sejarah yang menceritakan regionalitas, kedaerahan
secara batasan-batasan tertentu. Misalkan melalui batasan-batasan geografis
atau keberadaan suku yang mendiami tempat tersebut . Atau istilah lainnya ialah
sejarah daerah (Moh. Ali 2005:155).
Pada awal pasca kemerdekaan, kebutuhan
akan adanya sejarah nasional sangat tinggi guna mendukung eksistensi dari
negara Indonesia yang baru tertentuk. Namun kemudian setelah beberapa lama
disadari bahwa kecenderungan penulisan sejarah yang nasional sentries dapat
mengabaikan realitas dinamika sosial yang majemuk, yang ada di masing-masing
bagian wilayah republik ini (Sabang-Merauke). Hal ini tentu saja dapat
merugikan bangsa Indonesia sendiri, karena sejarah yang bersifat nasional kerap
mengabaikan makna bagi komunitas tertentu, terutama yang menyangkut sejarah di
lingkungan sekitarnya. Lebih jauh, tidak dikenal atau diketahuinya bagian-bagiandari
sejarah bangsa Indonesia secara lengkap atau detailsangat dimungkinkan,
terburuknya adalah ada bagian-bagian sejarah daerah yang luput dari perhatian
sebab tidak pernah diungkapkan.
Terbatasnya sumber tertulis merupakan
salah satu faktor yang menjadikan sejarah lokal belum berkembang dengan baik.
Sebagian besar sumber yang tersedia adalah sumber lisan baik itu tradisi lisan
(oral tradition) maupun sejarah lisan (oral history). Memang
dalam menggali sejarah lokal di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari apa yang
namanya sumber lisan. Kebiasaan untuk menuliskan segala sesuatu yang pernah
terjadi di lingkungan sekitarnya belum merupakan suatu keharusan atau kebutuhan
yang perlu dilakukan oleh sebagian dari bangsa ini. Tidak heran sumber tertulis
mengenai masa lalu suatu komunitas masyarakat di tempat/ lokalitas tertentu
sangat-sangat terbatas, bahkan mungkin sumber lisan berupa tradisi lisan adalah
satu-satunya akses untuk mendapatkan informasi tersebut.
Seperti tertuang dalam Pedoman
Penulisan Sejarah Lokal yang disusun Asisten Deputi Urusan Sejarah Nasional,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, disebutkan bahwa penulisan sejarah lokal
dapat menjadi alat untuk memahami dinamika masyarakat lokal dan keterkaitannya
dengan lokalitas lain. Di samping itu, sejarah lokal bisa digunakan untuk
menelusuri asal-usul perkembangan, gejolak keresahan serta perwujudan budaya
lokal serta memahami sumber daya tahan tradisi lokal. Melalui sejarah
lokal dapat dipahami pengetahuan dan kearifan lokal yang telah tenggelam atau
terbawa arus perubahan yang dipaksakan dari luar.
Ada beberapa hal pentingnya mempelajari
sejarah lokal antara lain:
- Untuk menilai kembali generalisasi-generalisasi yang sering terdapat dalam sejarah nasional (periodisasi, dualisme ekonomi,dll.)
- Meningkatkan wawasan/ pengetahuan kesejahteraan dari masing-masing kelompok yang akhirnya akan memperluas pandangan tentang ”dunia” Indonesia.
- Membantu sejarawan profesional membuat analisis-analisis kritis.
- Menjadi sumber/ bahan/ data sejarah untuk kepentingan no.1 dan para peneliti lainnya.
Tipe-Tipe Sejarah Lokal
A. Sejarah Lokal Tradisional
Yang dimaksud dengan Sejarah Lokal
Tradisional adalah hasil penyusunan Sejarah dari berbagai kelompok etnik yang
tersebar diseluruh Indonesia yang sudah bersifat tertulis. Tipe ini merupakan
tipe sejarah lokal yang paling pertama muncul di Indonesia. Sifat lokalitasnya
mudah dimengerti karena belum berkembangnya kesadaran akan kesatuan antar
etnik, yang meliputi seluruh Indonesia seperti sesudah kabngkitan nasional pada
permulaan abad ke-20.
Kelompok-kelompok etnik ini biasanya
membuat lukisan tentang asal-usul peristiwa-peristiwa yang telah dialami oleh
kelompoknya diwaktu yang lampau. Awalnya berupa Lisan yang diturunkan secara
turun-temurun akan tetapi sesudah adanya tulisan diabadikan dalam bentuk
tulisan, disamping masih ada yang masih dalam bentuk lisan. Diindonesia
mengenai sejarah tradisional tersebut dikenal dengan : babad, hikayat, tambo,
lontara, dsb.
Akhirnya penting disadari bahwa jenis
sejarah Lokal ini, meskipun boleh dikatakan merupakan sejarah Lokal yang
pertama–tama berkembang di Indonesia, namun pada kenyataanya masih tetap
bertahan, bukan saja sebagai wwarisan masa lampau komunitas, tapi sering juga
isinya masih dipercaya sebagai gambaran sejarah masa lalu jadi bersifat
fungsional dalam kehidupan kelompok itu.
B. Sejarah Lokal Diletantis.
Salah satu karakteristik yang menonjol
dalam Sejarah Lokal Diletantis adalah tujuan penyususnannya pada umumnya
terutama untuk memenuhi rasa estetis individual melalui lukisan peristiwa masa
lampau. Jadi apabila Serah lokal tradisional lebih mementingkan kelompok disini
lebih mementingkan Individu atau keinginan pribadi. Untuk mencapai tujuan
kesenangan itu maka beberapa peminat sejarah, bukan saja ingin membaca gambaran
sejarah yang sudah jadi tapi lebih dari itu tergugah untuk menulis sejarah
dirinya sendiri. Biasanya mereka tertarik menulis sejarah Lingkungannya sendiri
dengan memanfaatkan sumber-sumber yang umumnya sudah dikenalnya dengan baik.
Siapakah yang biasanya mengembangkan
diri sebagai sejarawan diletantis ini ? tentu saja jawabannya adalah mereka itu
termasuk kalangan terdidik (tradisional maupun modern) dilingkunag
masyarakatnya, yang karena itu mempunyai pandangan yang lebih luas dan bisa
membaca sumber-sumber sejarah terutama yang berupa dokumen dan kemudian mampu
melukiskan degan baik lukisan sejarah yang disusunnya. Biasanya yang dihasilkan
adalah naratif kronologis dengan sedikit banyak bumbu emosional yang
mencerminkan kecintaannya akan lingkungannya.
C. Sejarah Lokal Edukatif Inspiratif
Yang dimaksud dengan Sejarah lokal
edukatif Inspiratif adalah jenis sejarah lokal yang disusun dalam rangka
mengembangkan kecintaan Sejarah terutam apda sejarah Lingkunagnnya, yang
kemudian menjadi pangkal bagi timbulnya kesadaran sejarah dalam artian yang
luas (kesadaran lingkungan dalam rangka kesadaran sejaran nasional).
Menyusun sejarah Lokal seperti diatas
memang tercermin dalam kata Edikatif dan Inspiratif, yang sering diangap
merupakan salah satu aspek penting dalam mempelajari sejarah. Menyadari guna
edukatif dari sejarah berarti menyadari makna dari sejarah sebagai gambaran
peristiwa masa lampau yang penuh arti. Sedangkan kata inspiratif mengandung
makna yang hampir sama dengan pengertian edukatifr seperti dijelaskan diatas
hanya disini yang lebih ditekankan adalah “daya gugah” yang ditimbulkan oleh
usaha mempelajari sejarah itu. Jadi kedua kata itu menunjukan semangat yang
diharapkan bisa dikembangkan dalam sejarah.
Jadi penulis sejarah lokal ini menyusun
sejarah Lingkungannya untuk mencapai tujuan-tujuan seperti digambarkan diatas.
Biasa Lembaga pendidikan atau badan pemerintah daerah yang menggunakan Tipe ini
yang mengnggap tugas ini sebagai bagian dari upaya pembangunan, khususnya
pembangunan mental masyarakat juga pembanguna fisik karena diyakini apabila
mental berhasil yaitu adanya kebangaan serta harga diri kolektif akan
memudahkan bagi pemerintah setempat untuk memotifasi masyarakat untuk
berpartisifasi dalam pembangunan fisik.
Biasanaya kegiatan ini dilakukan oleh
para sejarawam non-profrsional seperti guru-guru, khususnya guru Sejarah. Tapi
tidak jarang sejarawan profesional juga terlibat. Terutama yang mempunyai
putera daerah.
D. Sejarah Lokal Kolonial.
Sejarah lokal Kolonial merupakan
kategori tersendiri dalam tipologi sejarah lokal, terutama karena memiliki
beberapa karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang pertama dari Jenis
sejarah Lokal ini adalah bahwa sebagian besar dari penyusunannya adalah
pejabat-pejabat pemeerintah kolonial seperti Residen, asisten Residen,
Kontrolir atau pejabat-pejabat pribumi tetapi atas dorngan dari pejabat Hindia
Belanda.
Sebagian besar tulisan dari sejarah
Lokal kolonial adalah tulisan-tulisan dari pejabat-pejabat kolonial di
daerah-daerah. Laporanya bisa berupa memori serah jabatan, atau laporan khusus
kepada pemerintah pusan Batavia tentang suatu perkembangan khusus di daerah
kekuasaan pejabat yang bersangkutan. Mengenai tulisan-tulisan sejarah lokal
Kolonial bisa dikemukakan beberapa sifatnya yang menarik. Pada umumnya
kelihatan ada usaha untuk mengemukakan data yang cermat meskipun
dengansendirinya dak unsur subjektivitas atas dasar adanya kepentingan kolonial
yang mendasari berbagai macam tulisan itu.
D. Sejarah Lokal Kritis Analitis
Salah satu karakteristik yang paling
mudah dilihat dalam sejarah lokal Tipe ini adalah sifat uraian atau pembahasan
masalahnya yang telah menggunakan pendekatan Metodologis sejarah yang bersifat
ketat. Mulai dari pemilihan obyek studi, langkah-langkah atau proses kerja
samapai kepada penulisan laporan.
Yang mudah dikenal juga ialah bahwa
pelaksanaan penelitiannya umumnya ditangan oleh sejarawan Profesional.
Profesionalisme ini bukan saja ditentukan oleh latar belakang pendidikan formal
ke sejaranya. Tetapi juga keterampilan dilapangan yang dikempangkan terutama
pemngalaman penelitian yang memadai. Hal kedua yang penting ditekankan adalah
karena pendidikan formal kesejateraan saja belum cukup merupakan jaminan bagi
pencapaian hasil yang diharapkan.
Ada empat corak penulisan dalam sejarah
lokal kritis analitis yaitu :
- Studi yang difokuskan pada satu peristiwa tertentu (studi peristiwa khusus atau apa yang disebut”evenemental”.
- Studi yang lebih menekankan pada struktur
- Studi yang mengambil perkembangan aspek tertentu dalam kurun waktu tertentu (studi tematis dari masa ke masa).
- Studi sejarah umum, yang menguraikan perkembangan daerah tertentu (profinsi, kota, kabupaten) dari masa ke masa.
Anak bangsa di negeri ini sudah
sewajarnya diperkenalkan dengan lingkungan yang paling dekat yaitu desanya,
kemudian kecamatan, dan kabupaten, baru tingkat nasional, dan internasional.
Apabila mereka mencintai sejarah di daerahnya maka secara otomatis anak didik
akan mengetahui tentang kearifan lokal tentang kebudayaan di daerahnya.
Sejarah lokal mempunyai arti sangat
penting bagi anak didik kita. Dengan mempelajari sejarah lokal anak didik kita
akan memahami perjuangan nenek moyangnya dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan.
Sumber Referensi
- Sejarah Lokal di Indonesia, Murdiyah Winarti, FPIPS-Jur Sejarah UPI.
- Sejarah Lokal (Pengertian, Konten dan Pengajaran), Murdiyah Winarti, FPIPS-Jur Sejarah UPI.
- Penerapan Sejarah Lisan dalam Sejarah Lokal, Nurhabsyah, FSastra-Jur Sejarah Universitas Sumatera Utara.
- Sejarah Lokal di Indonesia, Kumpulan Tulisan. Taufik Abdullah (ed.), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1979.
- Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. R. Moh. Ali, Yogyakarta: LKiS, 2005.
- Sejarah Lokal
- Sejarah Lokal dalam Kurikulum Sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar